Topeng Malang adalah sebuah kesenian kuno yang usianya lebih tua dari keberadaan Kota Apel ini. Itulah sebabnya, kesenian ini tak dapat dipisahkan dari perjalanan sejarah kerajaan-kerajaan di Jawa Timur. Dalam catatan sejarah, topeng telah dikenal semenjak zaman kerajaan tertua di Jatim yaitu Kerajaan Gajayana (760 Masehi) yang berlokasi di sekitar kota Malang.
Kota Malang pada awalnya memiliki cukup banyak pengrajin Topeng Malang, tetapi karena semakin lama kalah bersaing dengan budaya lain menyebabkan sebagian besar pengrajin tersebut tidak meneruskan usahanya. Salah satu pengrajin Topeng Malang yang masih tetap meneruskan budaya tersebut adalah Bapak Handoyo yang memiliki sanggar kesenian Asmoro Bangun. Sanggar Asmoro Bangun terletak di Dusun Kedungmonggo, Kecamatan Pakisaji. Bapak Handoyo meneruskan sanggar tersebut dari kakeknya, Mbah Karimun (Alm) sesepuh kesenian tari topeng khas Malang yang pernah mendapat penghargaan langsung dari mantan presiden Soeharto sebagai seniman pelestari kesenian tradisional. Sanggar tersebut membuat Topeng Malang dan juga pentas tari tentang cerita rakyat khususnya dari wilayah Malang. Keberadaan kesenian tari topeng di dusun ini sekarang masih terbilang cukup mampu bertahan jika dibandingkan dengan komunitas lain yang juga berada di wilayah gunung Kawi dan wilayah kabupaten Malang lainnya, yang letaknya lebih ke arah atas gunung Kawi. Hal ini didukung oleh letak geografis kawasan Kedungmonggo yang relatif mudah dijangkau oleh konsumen kesenian tari topeng karena jaraknya dari jalan raya Malang-Kepanjen hanya berkisar 500 meter ke arah barat.
Seiring berjalannya waktu dan ketertatihan eksistensi budaya tradisional, kesenian ini perlahan-lahan hilang dan berangsur-angsur tergusur oleh arus budaya modern. Hal ini salah satunya dikarenakan kurangnya sumber sejarah yang mencatat sepak terjang kesenian ini secara pasti, sampai pada akhirnya dilakukan pencatatan sejarah oleh Dr. Th. Pigeaud pada tahun 1930an yang menyebutkan bahwa kesenian ini merupakan salah satu pertunjukan tradisional populer khas Jawa yang berada di wilayah Malang. Faktor generasi penerus menjadi faktor utama untuk melestarikan kesenian khas Malang ini, menegaskan keeksisan tari topeng Malang lambat laun mendekati kepunahan. Untuk mengembangkan dan tetap melestarikan salah satu “aset” daerah yang masih dikerjakan secara tradisional tersebut banyak mengalami kendala apalagi jika tidak ada campur tangan dari pemerintah.
Sang Maestro Topeng Malangan:
Nama : Mbah Gimoen (Mbah Karimun)
Tempat / Tgl lahir : Malang, 1924
Beliau belajar dan berkecimpung dalam dunia seni drama tari topeng malang dari tahun 1939 sampai sekarang, menurut beliau pada waktu itu drama tari topeng tidak hanya sebagai seni pertunjukan saja tetapi juga sebagai mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dan masyarakat pada waktu itu juga sangat peduli dan benar-benar menghargai seni pertunjukan drama tari topeng. Wujud dari kepedulian mereka adalah dengan mengundang dan mendatangkan rombongan kesenian drama tari topeng pada acara acara hajatan misalnya manten, sunatan, entas-entas orang tengger (selamatan untuk yang sudah meninggal / kirim doa) dll. Mbah Gimun adalah pemeran tetap karakter tokoh topeng Kelono (Raja Sabrang) dan sampai sekarang pula tari Kelono pula yang selalu diajarkan pada anak didiknya.
Sumber : Aslingalam.com
Home » Seni » Asal Usul dan Sejarah Budaya Topeng Dari Malang